WELCOME TO REPUBLIK PERSLIATAN

Jumat, 04 November 2011

Sejarah Singkat Sin Lam Ba




Sejarah Ilmu Sin Lam Ba bermula dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Syekh Abdul Karim Banten adalah tokoh tarekat Qadiriyyah yang terkenal di Asia Tenggara di akhir abad ke-19 (salah satu Imam Masjid di Mekah, berdasarkan keterangan keluarga beliau). Setelah pecahnya perang Banten yang digagalkan Belanda tahun 1888, putra-putra beliau menyingkir ke pedalaman Karawang Utara (tujuan pertamanya ingin ke Sultan Agung di Demak, karena suatu hal mereka terdampar di daerah Karawang Pantai Pakis Kertajaya) sekitar 15 km Timur Laut Rengas Dengklok dan mendirikan sebuah pesantren.
Rombongan ini dipimpin putra beliau yang belakangan dikenal dengan nama H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten (wafat ± 1939-an dalam usia hampir 100 tahun) yang kemudian memberikan pengajaran ilmu Hikmah kepada Pak Toha bin Sieng dari Betawi (Tebet-Menteng Dalam) dan dilanjutkan oleh salah satu muridnya H. Harun Achmad bin Achmad.
Sebelumnya, Pak Toha bin Sieng yang lahir pada tanggal 15 Agustus 1889 dan wafat pada tanggal 8 Desember 1957, merupakan opsir Belanda desersi dan seorang tokoh pendekar yang disegani di Betawi, kemudian berniat pergi mencari ilmu Hikmah (sekitar tahun 1934) ke daerah Kulon (Banten). Di tengah perjalanan dalam kereta api, Pak Toha bin Sieng bertemu dengan seorang kakek-kakek/sosok orang tua yang menyuruh Pak Toha untuk pergi ke daerah Wetan (Karawang). Konon setelah memberitahu Pak Toha, kakek-kakek/orang tua tersebut menghilang, dicari lagi sudah tidak ada di tempatnya. Akhirnya Pak Toha bin Sieng menuruti nasehatnya untuk pergi ke suatu tempat yang ternyata pesantren milik bapak H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten dengan tujuan untuk menuntut ilmu Hikmah karena secara ilmu kependekaran (istilahnya) bapak Toha merasa sudah cukup, karena konon di Betawi dia sudah dikenal di dunia persilatan pada masa itu (pendekar Toha dari Betawi).

Singkat cerita di pesantren tersebut Pak Toha bin Sieng tidak langsung diberi ilmu Hikmah, melainkan beliau diberi tugas sebagai Marbot (penjaga masjid), yang bertugas untuk membersihkan masjid dan mengisi air untuk berwudhu. Setelah 2 tahun 10 bulan (dua tahun sepuluh bulan) berselang, barulah H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten mengizinkan Pak Toha bin Sieng (dan enam putra H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten) untuk mengambil salah satu manuskrip/kitab (gulungan rokok kaung) yang ada di langit-langit masjid (dilakukan pada waktu malam Jum’at pada saat Nisfu Sya’ban menjelang bulan Ramadhan). Dari kumpulan gulungan yang terdapat di dalam kaleng rokok kaung (kumpulan kulit jagung), salah satu yang diambil bertulisan huruf arab gundul yang dapat diartikan “ Intisari dari ilmu keberkahan dunia dan akhirat “ dan “ ilmu yang bekerja jika dizhalimi orang lain “ merupakan salah satu ilmu yang terkandung di dalamnya, kemudian H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten memberikan wejangan dan amalan (zikir) kepada Pak Toha bin Sieng.

Setelah 2 tahun 10 bulan (dua tahun sepuluh bulan) meninggalkan Betawi, Pak Toha bin Sieng kembali ke Betawi (Tebet) sekitar tahun 1937. Sesampainya di Tebet keluarganya kaget melihat kedatangan Pak Toha bin Sieng yang dikira telah meninggal. Setelah itu Pak Toha bin Sieng bertemu dengan adiknya yang sudah lama mencarinya. Adiknya yang juga seorang jawara, penasaran akan ilmu yang didapat oleh kakaknya itu. Setelah menceritakan tentang ilmu yang didapat dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten, Pak Toha bin Sieng masih belum bisa mengerti atau memahami fungsi dan kegunaan ilmu tersebut. Sang adik pun disuruh oleh Pak Toha bin Sieng untuk menyerangnya dari dapur (serangan pukulan jarak jauh), tiba-tiba dari ruangan tamu, Pak Toha bin Sieng terkejut mendengar suara gaduh dari arah dapur. Dilihatnya sang adik menggelepar seperti ayam terpotong di dapur (dekat tungku). Dengan kebingungan Pak Toha bin Sieng menyembuhkannya secara spontan dengan menyebut Bismillah, Istighfar dan Allahu Akbar, lalu mengusapkan (dikebet) tangannya ke tubuh adiknya itu, setelah itu adiknya kembali sadar seperti semula.

Dari peristiwa itulah Pak Toha bin Sieng baru menyadari salah satu manfaat ilmu yang didapat dari H.Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Setelah itu barulah Pak Toha bin Sieng mengajarkan dan mengembangkan jurus silat tangan kosong dan jurus golok muka dua (jurus Pak Toha (1938-1957)). Selain itu Pak Toha juga mengajarkan Ilmu Hikmah (Tenaga Dalam), yang didapatkan dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim. Tak lama berselang dalam tafakur malamnya ± 40 hari, Pak Toha menciptakan suatu jurus tenaga dalam Ilmu Hikmah, yang niat awalnya untuk mempersatukan semua murid yang belajar ilmu silat luar (tangan kosong/jurus golok) dan tenaga dalam (Ilmu Hikmah) baik dari kalangan keluarga maupun masyarakat umum. Jurus itu bernama Langkah Lima, dan hingga sekarang jurus itu dipakai sebagai jurus wajib bagi setiap ikhwan/akhwat (murid-murid) PS. Sin Lam Ba di seluruh pelosok nusantara.

Pada saat itu Pak Toha belum memberikan nama Sin Lam Ba. Masyarakat umum lebih banyak mengenal ilmu yang diajarkan Pak Toha itu sebagai ilmu kontak, ilmu bathin, ilmu setrum, ilmu Lembu Sekilan, ilmu jeblak, dan lain–lain.

Sekitar tahun 1952 atas saran adik ipar Pak Toha bin Sieng yaitu H. Harun Achmad bin Achmad, yang lahir pada tanggal 12 Desember 1923 dan wafat pada tanggal 24 Oktober 1997, beliau beserta murid-murid lainnya mengadakan suatu pertemuan yang berlangsung di Tebet Timur, Jakarta Selatan. Pertemuan itu membahas masalah nama perguruan. Atas saran dari H. Toyib bin Fulan (seorang tokoh ulama dari Tebet Timur/guru ngajinya H. Harun Achmad bin Achmad), maka terbentuklah suatu nama perguruan yaitu “Sin Lam Ba” (SLB/ Saudara Lahir Batin). Semenjak itu meluaslah nama Sin Lam Ba ke setiap daerah Nusantara, termasuk dikalangan warga Cina di daerah Kota, Jakarta. Dan semenjak itu pula kalangan perguruan silat Tenaga Dalam mengakui bahwa Sin Lam Ba merupakan perguruan Tenaga Dalam tertua di Betawi (Jakarta).

Sebagai perguruan Tenaga Dalam yang tertua, maka wajar jika Sin Lam Ba dapat disebut sebagai sumber inspirasi dari perguruan-perguruan Tenaga Dalam yang berkibar setelah era 1950-an. Salah satu perguruan Tenaga Dalam (Ilmu Hikmah) yang masih dibawah garis keilmuan/kepewarisan dengan Sin Lam Ba yaitu perguruan “Al-Hikmah “ yang didirikan oleh Abah Zaki Cisoka dari Bogor. Abah Zaki mendapat ilmu dari H. Iri. H. Iri sendiri merupakan salah satu murid dari Pak Toha bin Sieng. (bisa dibilang H. Iri adalah murid generasi ke-III pak Toha)

Sepeninggal Pak Toha (1957) PS. Sin Lam Ba mengalami kemunduran aktivitas, masing-masing murid Pak Toha kehilangan orang yang dituakan. Setelah sekian tahun, salah satu keluarga (adik ipar) yang juga merupakan murid Pak Toha yaitu H. Harun Achmad bin Achmad berhasil memajukan PS. Sin Lam Ba di berbagai daerah nusantara dan di negara tetangga seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Jepang. Kemudian atas saran para ulama di Tebet juga nama Sin Lam Ba yang tadinya berarti Saudara Lahir Bathin diperhalus secara Islami dengan Sa’adah (Bahagia), Latifah (Halus/bijaksana) dan Barokah (Berkah). Dengan filosofi yang terkandung di dalamnya adalah rasa kebahagiaan kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita, bukan harta yang membuat kita bahagia karena bila kita mensyukuri nikmat Allah, niscaya Allah akan menambahkan nikmat itu. Serta bersikap halus/lemah lembut dan bijaksana kepada siapa saja baik kawan maupun lawan, Insya Allah kita akan mendapatkan berkah/serba berkecukupan – tidak sekedar materi tapi keberkahan yang lain yang tidak diduga-duga datangnya. Begitu pesan dan penuturan alm. Bapak H. Harun bin Achmad kepada setiap anggota PS. Sin Lam Ba. Dan tradisi peninggalan Pak Toha dalam pensyariatan anggota juga diubah dari penyediaan pisang, biskuit, dan susu diganti dengan makan ala prasmanan, seperti makan nasi uduk betawi, semur rendang, opor, dsb. dengan maksud menghindari kesalahan persepsi yang berkembang dalam memahami pemberian ilmu tersebut kepada calon anggota sehingga terhindar dari hal-hal yang berbau klenik yang mengarah ke syirik.

Sebagai tambahan informasi terakhir bahwa sejak zaman meninggalnya Pak Toha banyak murid-murid beliau yang putus komunikasi sesama anggota/sulit dicari keberadaannya sehingga ada yang tetap mengembangkan garis keilmuan Sin Lam Ba dengan masih menggunakan nama Sin Lam Ba (saudara lahir batin), tapi ada juga yang sudah menggantinya antara lain: perguruan Al-Hikmah, Al-Barokah, Al-Jabbar, dsb. (konon perguruan silat yang mirip-mirip Sin Lam Ba dalam berlatihnya adalah masih garis keilmuan dari Sin Lam Ba sendiri walau banyak dari pendiri perguruan tersebut tidak menjelaskan kepada anak/murid dan garis keturunannya – menurut para sesepuh tenaga dalam). Lalu ada juga yang bernama Sin Lam Ba SEJATI (Pendirinya Pak Jamal) yang keilmuannya juga berasal dari gurunya yang belajar dari Pak Toha bin Sieng. Kemudian periode garis keilmuan dari alm. Bapak H. Harun Achmad ada yang berganti nama yaitu: PPS Panca Daya (pendirinya perawat Sin Lam Ba Depok waktu itu, bpk. Gondo Soewandito yang dulu dikenal dengan 'Tai Chi dari Depok'), Al-Inayah (pendirinya perawat Sin Lam Ba waktu itu bernama Bapak Achmad D. Danusaputra di IPB Bogor – terakhir berubah nama menjadi SEROJA PUTIH). Sedangkan yang masih menggunakan nama Sin Lam Ba, yaitu: PPS Sin Lam Ba Cilandak (pendirinya perawat alm. Ibrahim Adi) dan Sin Lam Ba (Saudara Lahir Batin) yang beralamat di Jl. Suci (Kramatjati) – Jakarta Timur (perawatnya Pak Yaya). Masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia persilatan baik itu Guru Besar perguruan silat/tokoh pendekar lain/ulama/kyai yang belajar secara pribadi langsung kepada alm. H. Harun Achmad di antaranya : Pendiri Karate “Black Panther” dan beberapa pendekar Betawi/beberapa tokoh agama/birokrat/selebriti ternama di Republik ini.