WELCOME TO REPUBLIK PERSLIATAN

Jumat, 04 November 2011

Sejarah Singkat Sin Lam Ba




Sejarah Ilmu Sin Lam Ba bermula dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Syekh Abdul Karim Banten adalah tokoh tarekat Qadiriyyah yang terkenal di Asia Tenggara di akhir abad ke-19 (salah satu Imam Masjid di Mekah, berdasarkan keterangan keluarga beliau). Setelah pecahnya perang Banten yang digagalkan Belanda tahun 1888, putra-putra beliau menyingkir ke pedalaman Karawang Utara (tujuan pertamanya ingin ke Sultan Agung di Demak, karena suatu hal mereka terdampar di daerah Karawang Pantai Pakis Kertajaya) sekitar 15 km Timur Laut Rengas Dengklok dan mendirikan sebuah pesantren.
Rombongan ini dipimpin putra beliau yang belakangan dikenal dengan nama H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten (wafat ± 1939-an dalam usia hampir 100 tahun) yang kemudian memberikan pengajaran ilmu Hikmah kepada Pak Toha bin Sieng dari Betawi (Tebet-Menteng Dalam) dan dilanjutkan oleh salah satu muridnya H. Harun Achmad bin Achmad.
Sebelumnya, Pak Toha bin Sieng yang lahir pada tanggal 15 Agustus 1889 dan wafat pada tanggal 8 Desember 1957, merupakan opsir Belanda desersi dan seorang tokoh pendekar yang disegani di Betawi, kemudian berniat pergi mencari ilmu Hikmah (sekitar tahun 1934) ke daerah Kulon (Banten). Di tengah perjalanan dalam kereta api, Pak Toha bin Sieng bertemu dengan seorang kakek-kakek/sosok orang tua yang menyuruh Pak Toha untuk pergi ke daerah Wetan (Karawang). Konon setelah memberitahu Pak Toha, kakek-kakek/orang tua tersebut menghilang, dicari lagi sudah tidak ada di tempatnya. Akhirnya Pak Toha bin Sieng menuruti nasehatnya untuk pergi ke suatu tempat yang ternyata pesantren milik bapak H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten dengan tujuan untuk menuntut ilmu Hikmah karena secara ilmu kependekaran (istilahnya) bapak Toha merasa sudah cukup, karena konon di Betawi dia sudah dikenal di dunia persilatan pada masa itu (pendekar Toha dari Betawi).

Singkat cerita di pesantren tersebut Pak Toha bin Sieng tidak langsung diberi ilmu Hikmah, melainkan beliau diberi tugas sebagai Marbot (penjaga masjid), yang bertugas untuk membersihkan masjid dan mengisi air untuk berwudhu. Setelah 2 tahun 10 bulan (dua tahun sepuluh bulan) berselang, barulah H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten mengizinkan Pak Toha bin Sieng (dan enam putra H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten) untuk mengambil salah satu manuskrip/kitab (gulungan rokok kaung) yang ada di langit-langit masjid (dilakukan pada waktu malam Jum’at pada saat Nisfu Sya’ban menjelang bulan Ramadhan). Dari kumpulan gulungan yang terdapat di dalam kaleng rokok kaung (kumpulan kulit jagung), salah satu yang diambil bertulisan huruf arab gundul yang dapat diartikan “ Intisari dari ilmu keberkahan dunia dan akhirat “ dan “ ilmu yang bekerja jika dizhalimi orang lain “ merupakan salah satu ilmu yang terkandung di dalamnya, kemudian H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten memberikan wejangan dan amalan (zikir) kepada Pak Toha bin Sieng.

Setelah 2 tahun 10 bulan (dua tahun sepuluh bulan) meninggalkan Betawi, Pak Toha bin Sieng kembali ke Betawi (Tebet) sekitar tahun 1937. Sesampainya di Tebet keluarganya kaget melihat kedatangan Pak Toha bin Sieng yang dikira telah meninggal. Setelah itu Pak Toha bin Sieng bertemu dengan adiknya yang sudah lama mencarinya. Adiknya yang juga seorang jawara, penasaran akan ilmu yang didapat oleh kakaknya itu. Setelah menceritakan tentang ilmu yang didapat dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten, Pak Toha bin Sieng masih belum bisa mengerti atau memahami fungsi dan kegunaan ilmu tersebut. Sang adik pun disuruh oleh Pak Toha bin Sieng untuk menyerangnya dari dapur (serangan pukulan jarak jauh), tiba-tiba dari ruangan tamu, Pak Toha bin Sieng terkejut mendengar suara gaduh dari arah dapur. Dilihatnya sang adik menggelepar seperti ayam terpotong di dapur (dekat tungku). Dengan kebingungan Pak Toha bin Sieng menyembuhkannya secara spontan dengan menyebut Bismillah, Istighfar dan Allahu Akbar, lalu mengusapkan (dikebet) tangannya ke tubuh adiknya itu, setelah itu adiknya kembali sadar seperti semula.

Dari peristiwa itulah Pak Toha bin Sieng baru menyadari salah satu manfaat ilmu yang didapat dari H.Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Setelah itu barulah Pak Toha bin Sieng mengajarkan dan mengembangkan jurus silat tangan kosong dan jurus golok muka dua (jurus Pak Toha (1938-1957)). Selain itu Pak Toha juga mengajarkan Ilmu Hikmah (Tenaga Dalam), yang didapatkan dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim. Tak lama berselang dalam tafakur malamnya ± 40 hari, Pak Toha menciptakan suatu jurus tenaga dalam Ilmu Hikmah, yang niat awalnya untuk mempersatukan semua murid yang belajar ilmu silat luar (tangan kosong/jurus golok) dan tenaga dalam (Ilmu Hikmah) baik dari kalangan keluarga maupun masyarakat umum. Jurus itu bernama Langkah Lima, dan hingga sekarang jurus itu dipakai sebagai jurus wajib bagi setiap ikhwan/akhwat (murid-murid) PS. Sin Lam Ba di seluruh pelosok nusantara.

Pada saat itu Pak Toha belum memberikan nama Sin Lam Ba. Masyarakat umum lebih banyak mengenal ilmu yang diajarkan Pak Toha itu sebagai ilmu kontak, ilmu bathin, ilmu setrum, ilmu Lembu Sekilan, ilmu jeblak, dan lain–lain.

Sekitar tahun 1952 atas saran adik ipar Pak Toha bin Sieng yaitu H. Harun Achmad bin Achmad, yang lahir pada tanggal 12 Desember 1923 dan wafat pada tanggal 24 Oktober 1997, beliau beserta murid-murid lainnya mengadakan suatu pertemuan yang berlangsung di Tebet Timur, Jakarta Selatan. Pertemuan itu membahas masalah nama perguruan. Atas saran dari H. Toyib bin Fulan (seorang tokoh ulama dari Tebet Timur/guru ngajinya H. Harun Achmad bin Achmad), maka terbentuklah suatu nama perguruan yaitu “Sin Lam Ba” (SLB/ Saudara Lahir Batin). Semenjak itu meluaslah nama Sin Lam Ba ke setiap daerah Nusantara, termasuk dikalangan warga Cina di daerah Kota, Jakarta. Dan semenjak itu pula kalangan perguruan silat Tenaga Dalam mengakui bahwa Sin Lam Ba merupakan perguruan Tenaga Dalam tertua di Betawi (Jakarta).

Sebagai perguruan Tenaga Dalam yang tertua, maka wajar jika Sin Lam Ba dapat disebut sebagai sumber inspirasi dari perguruan-perguruan Tenaga Dalam yang berkibar setelah era 1950-an. Salah satu perguruan Tenaga Dalam (Ilmu Hikmah) yang masih dibawah garis keilmuan/kepewarisan dengan Sin Lam Ba yaitu perguruan “Al-Hikmah “ yang didirikan oleh Abah Zaki Cisoka dari Bogor. Abah Zaki mendapat ilmu dari H. Iri. H. Iri sendiri merupakan salah satu murid dari Pak Toha bin Sieng. (bisa dibilang H. Iri adalah murid generasi ke-III pak Toha)

Sepeninggal Pak Toha (1957) PS. Sin Lam Ba mengalami kemunduran aktivitas, masing-masing murid Pak Toha kehilangan orang yang dituakan. Setelah sekian tahun, salah satu keluarga (adik ipar) yang juga merupakan murid Pak Toha yaitu H. Harun Achmad bin Achmad berhasil memajukan PS. Sin Lam Ba di berbagai daerah nusantara dan di negara tetangga seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Jepang. Kemudian atas saran para ulama di Tebet juga nama Sin Lam Ba yang tadinya berarti Saudara Lahir Bathin diperhalus secara Islami dengan Sa’adah (Bahagia), Latifah (Halus/bijaksana) dan Barokah (Berkah). Dengan filosofi yang terkandung di dalamnya adalah rasa kebahagiaan kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita, bukan harta yang membuat kita bahagia karena bila kita mensyukuri nikmat Allah, niscaya Allah akan menambahkan nikmat itu. Serta bersikap halus/lemah lembut dan bijaksana kepada siapa saja baik kawan maupun lawan, Insya Allah kita akan mendapatkan berkah/serba berkecukupan – tidak sekedar materi tapi keberkahan yang lain yang tidak diduga-duga datangnya. Begitu pesan dan penuturan alm. Bapak H. Harun bin Achmad kepada setiap anggota PS. Sin Lam Ba. Dan tradisi peninggalan Pak Toha dalam pensyariatan anggota juga diubah dari penyediaan pisang, biskuit, dan susu diganti dengan makan ala prasmanan, seperti makan nasi uduk betawi, semur rendang, opor, dsb. dengan maksud menghindari kesalahan persepsi yang berkembang dalam memahami pemberian ilmu tersebut kepada calon anggota sehingga terhindar dari hal-hal yang berbau klenik yang mengarah ke syirik.

Sebagai tambahan informasi terakhir bahwa sejak zaman meninggalnya Pak Toha banyak murid-murid beliau yang putus komunikasi sesama anggota/sulit dicari keberadaannya sehingga ada yang tetap mengembangkan garis keilmuan Sin Lam Ba dengan masih menggunakan nama Sin Lam Ba (saudara lahir batin), tapi ada juga yang sudah menggantinya antara lain: perguruan Al-Hikmah, Al-Barokah, Al-Jabbar, dsb. (konon perguruan silat yang mirip-mirip Sin Lam Ba dalam berlatihnya adalah masih garis keilmuan dari Sin Lam Ba sendiri walau banyak dari pendiri perguruan tersebut tidak menjelaskan kepada anak/murid dan garis keturunannya – menurut para sesepuh tenaga dalam). Lalu ada juga yang bernama Sin Lam Ba SEJATI (Pendirinya Pak Jamal) yang keilmuannya juga berasal dari gurunya yang belajar dari Pak Toha bin Sieng. Kemudian periode garis keilmuan dari alm. Bapak H. Harun Achmad ada yang berganti nama yaitu: PPS Panca Daya (pendirinya perawat Sin Lam Ba Depok waktu itu, bpk. Gondo Soewandito yang dulu dikenal dengan 'Tai Chi dari Depok'), Al-Inayah (pendirinya perawat Sin Lam Ba waktu itu bernama Bapak Achmad D. Danusaputra di IPB Bogor – terakhir berubah nama menjadi SEROJA PUTIH). Sedangkan yang masih menggunakan nama Sin Lam Ba, yaitu: PPS Sin Lam Ba Cilandak (pendirinya perawat alm. Ibrahim Adi) dan Sin Lam Ba (Saudara Lahir Batin) yang beralamat di Jl. Suci (Kramatjati) – Jakarta Timur (perawatnya Pak Yaya). Masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia persilatan baik itu Guru Besar perguruan silat/tokoh pendekar lain/ulama/kyai yang belajar secara pribadi langsung kepada alm. H. Harun Achmad di antaranya : Pendiri Karate “Black Panther” dan beberapa pendekar Betawi/beberapa tokoh agama/birokrat/selebriti ternama di Republik ini.

Selasa, 25 Oktober 2011

Sejarah Singkat Tapak Suci

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.
Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu :
  • Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan
  • M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada
  • Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara 
Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.
Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus  mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada  A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.
K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.
Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.
M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman".  Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.
Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"
Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.
Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.
Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.
Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci

Minggu, 23 Oktober 2011

Sejarah Perguruan Walet Puti

 SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PERGURUAN SILAT WALET PUTI
(Warisan Leluhur Tunggal Pusaka Tradisional Indonesia)


PENDAHULUAN

Bermula dari kegemaran berkelana, merantau dari satu kota ke kota lain, dari dusun ke dusun, bahkan ke luar masuk hutan belantara, kesemuanya untuk mencari dan menimba pengalaman hidup.

Suatu ketika, timbul dan muncul inspirasi gagasan untuk menciptakan suatu keahlian yang sudah lama ada di negeri dan alam kita yaitu seni beladiri berupakan Silat atau Pencak Silat.
Dengan dibekali niat dan kemauan yang keras serta dibantu dengan pengalaman yang sudah ada, maka dibentuk dan diciptakan suatu keahlian beladiri silat yang kemudian dinamakan : "WARISAN LELUHUR TUNGGAL PUSAKA TRADISIONAL INDONESIA" atau disingkat dengan nama "PERGURUAN SILAT WALET PUTI".

WAKTU DAN PENDIRI
Pada tanggal 16 Agustus 1970, Walet Puti dibentuk menjadi perguruan silat yang dibuka untuk umum dan resmi menjadi anggota organisasi yang menghimpun perkumpulan-perkumpulan silat seluruh Indonesia yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia).
Sesuai dengan kejadian dan perkembangan zaman, maka hidup di alam ini adalah untuk diselidiki selanjutnya dipelajari "apa dan mengapa hal itu ada?".
Maka seorang pemuda Bapak SOFYAN RATTA, demikian nama pencipta dan kemudian adalah sebagai MAHAGURU Perguruan Silat Walet Puti. Selanjutnya pengalaman-pengalaman yang didapat dikembangkan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, tidaklah hanya sebatas itu tapi terus disempurnakan, dikembangkan agar menjadi karya nyata yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat umum.
Memimpin dan mengembangkan suatu perguruan silat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, semuanya membutuhkan kesabaran, ketabahan, keuletan dan kerja keras, karena berbagai aral rintangan selalu menghadang di depan perjalanan, namun demikian MAHAGURU yang merangkap sebagai pemimpin perguruan silat ini, bukanlah tipe manusia yang mudah menyerah dan putus asa.
Rupanya cita-cita luhur tersebut terkabul dengan mendapatkan beberapa orang murid yang memiliki ketekunan dan ketabahan serta kemampuan untuk dapat mengembangkan Perguruan Silat Walet Puti.


PERKEMBANGAN PERGURUAN SILAT WALET PUTI
Dalam masa beberapa tahun, perkembangan Perguruan Silat Walet Puti terus berjalan dengan penuh suka dan duka. MAHAGURU dan murid-muridnya serta beberapa sahabat, saling bahu membahu untuk meneruskan dan mengembangkan perguruan silat ini dalam arti yang seluas-luasnya, hal ini dapat dilihat hasilnya dengan dibukanya cabang-cabang di luar Padepokan Perguruan Silat Walet Puti yang berkedudukan di Sidomukti Kisaran kabupaten Asahan Sumatera Utara.
Disamping itu juga telah dididik dan dilatih beberapa tenaga berpotensi dan dapat dipercaya untuk dijadikan sebagai pelatih perguruan yang kemudian diangkat menjadi Pendekar Perguruan Silat Walet Puti.
Dalam sejarah perkembangannya, Perguruan Silat Walet Puti telah berkembang di sejumlah daerah antara lain : Propinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Banten, Bali, bahkan pernah masuk ke negara Malaysia, Belanda dan Marokko.
BEKAL KETAHANAN PERGURUAN SILAT WALET PUTI
Sebagai bekal para pendekar untuk menanggulangi berbagai kendala dalam pengembangan, maka MAHAGURU memberikan keahlian khusus yang disebut dengan Pengobatan Tradisional Totok Darah Perguruan Silat Walet Puti.
Totok darah ini dulu memang dikenal sebagai keahlian orang-orang Tiongkok Kuno, akan tetapi Totok Darah Perguruan Silat Walet Puti tidak ada kaitan dan hubungannya dengan ajaran Tiongkok Kuno yang disebut Jurus Utara Selatan. Totok Darah Perguruan Silat Walet Puti ini diciptakan oleh MAHAGURU BAPAK SOFYAN RATTA disebut : PENYEMBUHAN DAN PENGOBATAN TRADISIONAL TOTOK DARAH PERGURUAN SILAT WALET PUTI, dengan ramuan dan racikan asli alam, tanpa campuran dan larutan kimia. Totok Darah Perguruan Silat Walet Puti ini bersifat mandiri, berdiri sendiri, tunggal, tiada berteman dan tidak pula bertukar fikiran dengan perguruan silat bangsa lain atau tepatnya asli Indonesia.


PENUTUP
Demikian ringkasan sejarah berdirinya Perguruan Silat Walet Puti yang kenyataannya telah dirintis, diperjuangkan dengan memusatkan fikiran yang matang penuh daya pengorbanan, ketekunan dan ketabahan yang memerlukan kerja keras serta cukup memakan waktu tidak sebentar.
Harapan kita bersama khususnya para anggota Perguruan Silat Walet Puti semoga dapat maju terus dan terus berkembang demi nama harum bangsa dan negara. A m i n.

Sejarah Singkat Perguruan Setia Hati Terate

PSHT persaudaraan setia hati terate adalah sebuah organisasi beladiri asli indonesia. PSHT didirikan oleh ki hajar harjo utomo yang merupakan murid dari ki ngabehi surodiwiryo. Sekarang mari kita tengok satu persatu dari kedua tokoh diatas. ki ngabehi surodiwiryo semasa kecilnya bernama mas mohammad masdan lahir pada tahun 1869. beliau belajar pencak silat mulai tahun 1884 ketika beliau belajar ngaji di pondok pesantren di jombang jawa timur, kemudian karena minatnya yang sangat besar terhadap pencat silat beliau mengembara/merantau mulai tahun 1885 hingga 1902 untuk mendapatkan dan mengasah ilmu pencak silat. Beliau berguru di daerah bandung pada tahun 1885 dan mendapatkan beberapa ilmu silat diantaranya silat cimande, cikalong, cibaduyut, cipetir, cimalaya, ciampea, dan sumedang.
Tahun 1886 beliau pindah ke betawi dan menambah ilmu pencak silah seperti permainan betawen, kwintang, monyetan dan permainan toya. tahun 1887 pindah lagi ke bengkulu dan 6 bulan kemudian pindah lagi ke padang bekerja di kantor kontrolir. cerita sejarah ki ngabehi surodiwiryo di lanjutkan di post berikut nya karena akan terlalu panjang jika saya jadika satu semuanya..
Ki ngabehi surodiwiryo
Sekarang kita lanjutkan tentang ki  hajar harjo utomo pendiri persaudaraan setia hati terate. beliau lahir di madiun tahun 1890. pada tahun 1917 beliau mulai belajar nyantrik , belajar pencak silat dan akhirnya menjadi murid kinasih ki ngabehi surodiwiryo hingga mencapai warga tingkat III. tahun 1922 atas persetujuan gurunya beliau mengembangkan ilmu setia hati terate dengan mendirikan perguruan pencak silat SH Pencak Sport Club di desa pilangbangau madiun. karena adanya kata pencak maka dibubarkan oleh belanda kemudian untuk mengelabuhi belanda maka diganti dengan nama SH pemuda sport club. murid pertama beliau adalah idris, mujin

Sejarah Singkat Perguruan Budi Suci Melati

Sekitar tahun60-an, seseorang yang bernama Bapak A Munawir yang berasal dari Purworejo mendapat kepercayaan atau mandat untuk merintis dan mengembangkan beladiri pencak silat Budi Suci dari gurunya yang berasal dari Jawa Barat.

Setelah beberapa tahun berjalan, ternyata perkembangan Budi Suci yang dipimpin oleh Bapak A Munawir tidak banyak mengalami kemajuan, khususnya di Kota Semarang yang mana pada saat itu beliau berdomisili di Semarang. Hal tersebut disebabkan karena usia beliau yang sudah lanjut dan masih belum tersusun administrasi yang baik.

Oleh sebab hal tersebut, pada tanggal 7 Agustus 1978, Bapak A Munawir mewariskan ilmunya dan memberi mandat kepada salah seorang muridnya yang bernama Achmad Boesjairi yang berasal dari Jember untuk mengembangkan dan melestarikan Budi Suci. Maka sejak itu Achmad Boesjairi meneruskan dan mengembangkan Budi Suci secara tertib administrasi sampai ke daerah-daerah lain dengan alamat sekretariat pusat di Purwosari Wijilan No.360A, Kudus, Jawa Tengah.

Pada awal tahun 1986 sebelum Bapak A Munawir wafat, beliau pernah datang ke sekretariat pusat Budi Suci di Kudus dengan tujuan ingin menggabungkan Budi Suci yang dipimpinnya dengan Budi Suci yang dipimpin oleh Achmad Boesjairi. Beliau juga berpesan kepada salah seorang murid terdekatnya di Semarang bahwa bila ia ingin melanjutkan dan mengembangkan Budi Suci supaya bergabung dengan Budi Suci yang dipimpin Achmad Boesjairi di Kudus, karena pada saat itu telah disinyalir bahwa banyak bermunculan nama Budi Suci di daerah-daerah lain yang ternyata bukan satu aliran dan hanya kebetulan memiliki nama yang sama.

Demi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan serta untuk membedakan aliran Budi Suci yang berpusat di Kudus dengan aliran Budi Suci yang lain, maka Achmad Boesjairi selaku guru besar Seni Bela Diri Silat Budi Suci mengambil suatu kebijaksanaan untuk mengeluarkan Surat Keputusan No.01/GB/BSMelati/1/1960 Tgl.13-01-1990 tentang perubahan nama Budi Suci yang berarti perbuatan baik menjadi Budi Suci Melati (BS Melati) yang berarti perbuatan baik lahir dan batin. Dengan arti kata lain bahwa Budi Suci Melati (BS Melati) lebih mengutamakan mutu atau kualitas dibandingkan dengan kuantitas.

Kemudian pada tanggal 19 April 1996, sekretariat pusat dipindahkan ke Semarang berdasarkan Surat Keputusan Guru Besar No.02/GB/BSMelati/IV/96 ke alamat Jalan Randu Garut No.27 Rt.004 Rw.08, Tugu, Semarang, Jawa Tengah.